
St Pius X ~ Paus Ekaristi mendorong segenap umat beriman untuk menyambut Komuni Kudus sesering mungkin, dan bahkan setiap hari, dalam keadaan rahmat dan dengan maksud yang benar. Ia mendesak agar anak-anak sedini mungkin diperkenankan ikut ambil bagian dalam Perjamuan Rohani yang dipersiapkan Yesus, dan memaklumkan bahwa anak-anak terikat kewajiban Komuni Paskah begitu mereka mencapai usia yang memperlihatkan kematangan.
“Devosi kepada Ekaristi,” kata St Pius X, Paus Ekaristi, “adalah yang paling luhur, sebab obyeknya adalah Tuhan Sendiri; yang paling bermanfaat bagi keselamatan, sebab memberikan kepada kita Penyelenggara Rahmat; yang paling manis, sebab Tuhan adalah Kemanisan itu sendiri.”
Devosi kepada Ekaristi, bersama dengan devosi kepada Bunda Maria, adalah devosi Surgawi, sebab adalah devosi yang dimiliki juga oleh para malaikat dan para kudus di surga. “Ada sebuah sekolah di surga,” demikian biasa dikatakan St Gemma Galgani, mistikus, “dan di sana orang hanya perlu belajar bagaimana mengasihi. Sekolahnya ada dalam Senakel; Guru-nya adalah Yesus; materi yang diajarkan adalah Daging-Nya dan Darah-Nya.”
Ekaristi adalah Kasih Itu Sendiri, yang identik dengan Yesus.
Sebab itu, Ekaristi adalah Sakramen Cinta Kasih, Sakramen yang berlimpah belas kasihan. Ekaristi sungguh mengandung Yesus yang sesungguhnya, yang hidup - Allah Yang “adalah Kasih” dan Yang mengasihi kita “sampai kepada kesudahannya” (Yohanes 13:1).
Segala ungkapan kasih, bahkan yang paling luhur dan yang paling mendalam sekalipun, dibuktikan dalam Ekaristi. Dengan demikian, Ekaristi adalah Kasih yang disalibkan, Kasih yang mempersatukan, Kasih yang bersembah sujud, Kasih yang berkontemplasi, Kasih yang berdoa, Kasih yang memuaskan dengan mengagumkan.
Yesus Ekaristik adalah Kasih yang disalibkan dalam Kurban Kudus Misa, di mana Ia memperbaharui kurban DiriNya Sendiri bagi kita. Dalam komuni sakramental dan spiritual, Ia adalah Kasih yang mempersatukan, menjadikan DiriNya satu dengan orang yang menyambut-Nya. Ia adalah Kasih yang bersembah sujud dalam tabernakel yang kudus, di mana Ia menghadirkan diri sebagai kurban bakaran dari sembah sujud kepada Bapa. Ia adalah Kasih yang berkontemplasi dalam perjumpaan-Nya dengan jiwa-jiwa yang suka berada “dekat kaki Tuhan,” seperti Maria dari Betania (Lukas 10:39). Ia adalah Kasih yang berdoa agar “hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara,” bagi kita di hadapan Bapa (Ibrani 7:25). Ia adalah Kasih yang memuaskan dengan mengagumkan dalam sukacita surgawi persatuan perkawinan dengan mempelai-mempelai-Nya terkasih, (para perawan, baik laki-laki maupun perempuan), yang Ia tarik kepada DiriNya dalam suatu Kasih yang eksklusif, sebagaimana Ia menarik kepada DiriNya St Yohanes Penginjil, Rasul yang perawan dan satu-satunya yang “bersandar dekat kepada-Nya” dalam Senakel (Yohanes 13:23).
“Menjadi milik Yesus dan memiliki Yesus - yakni bertahtanya Kasih secara sempurna,” tulis St Petrus Yulianus Eymard. Ekaristi mencapai “bertahtanya Kasih secara sempurna” ini dalam segenap mereka yang berhati bersih, yang mendatangi Tabernakel Kudus dan mempersatukan diri mereka dengan Yesus dalam Hosti dengan kerendahan hati dan kasih. Dalam Ekaristi, Yesus mengurbankan DiriNya Sendiri bagi kita; Ia memberikan DiriNya Sendiri kepada kita; Ia tinggal di antara kita dengan kerendahan hati dan kasih yang tak terhingga.
“Sebab Dia yang begitu agung mulia, sudi membungkuk begitu rendah adalah suatu yang mengagumkan serta mencengangkan,” seru Bapa Serafim, St Fransiskus. “Betapa kerendahan hati yang luhur dan keluhuran yang rendah hati, bahwa Tuhan Semesta Alam, Putra Ilahi Allah, merendahkan diri begitu rupa untuk menyembunyikan DiriNya dalam rupa roti demi keselamatan kita! Lihatlah cara Allah yang begitu rendah hati, saudara-saudaraku. Sebab itu, janganlah bersikukuh pada kebebalanmu sendiri, agar kalian dapat sepenuhnya berkenan bagi Dia yang memberikan DiriNya sepenuhnya kepada kalian.”
Dan St Alfonsus Liguori menambahkan dengan kelembutan kasih sayangnya sebagaimana biasa, “Yesus-ku! - Betapa rancangan-gemilang-yang-memikat Sakramen ini - bahwa Engkau menyembunyikan diri dalam rupa roti demi membuat DiriMu dikasihi dan sedia bagi kunjungan siapa saja yang merindukan-Mu!”
Kiranya kenangan akan imam, yang setiap hari memberikan Yesus kepada kita, dan akan Santa Perawan Maria, Bunda Yesus Tuhan kita dan akan segenap imam, senantiasa ada dalam kasih kita kepada Sakramen Mahakudus; sebab Ekaristi, Bunda Maria, dan imam tidak terpisahkan, seperti Yesus, Maria dan St Yohanes Penginjil tidak terpisahkan di Kalvari.
Marilah kita belajar semuanya ini dalam sekolah para kudus. Mereka hidup dalam suatu cara yang begitu berkobar dan luhur, sebagai serafim-serafim Kasih yang sejati bagi Ekaristi. Mereka inilah, sebagaimana dimaklumkan Vatican II (Lumen Gentium, #50), “jalan yang sangat aman” kepada Tuhan Kasih Ekaristik.
“Jesus Our Eucharistic Love by Father Stefano Manelli, O.F.M. Conv., S.T.D.”
diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya