Malaikat Agung St. Mikael, Pelindung Sakramen Mahakudus
Malaikat Agung St. Mikael, Pelindung Sakramen Mahakudus

Malaikat Agung St. Mikael dikenal sebagai Malaikat yang berperang melawan setan dan melemparkannya keluar dari Surga (lih. Wahyu 12). Diyakini, bahwa namanya, Michael, berkaitan erat dengan pertempuran spiritual ini. Michael dalam bahasa Ibrani berarti ‘siapakah yang seperti Allah?’ Diyakini bahwa teriakan perang Michael persis seperti itu –‘siapakah yang seperti Tuhan?’– menetapkan penghakiman atas keinginan setan untuk menjadi ‘seperti Tuhan’. Ini sebenarnya adalah definisi Mikhael dalam bahasa Ibrani dan selanjutnya mengingat godaan di Taman Eden, ketika Setan mencoba memikat Adam dan Hawa untuk mengambil buah dengan mengatakan, "kamu akan menjadi seperti Allah."

Mengingat pertempuran itu jugalah, maka Malaikat Agung St. Michael adalah salah satu yang sangat sering atau bahkan selalu dimohonkan pertolongannya dalam doa / ritus eksorsisme (pembebasan roh jahat).

Peran Malaikat Agung St. Michael dalam sejarah Gereja juga sangatlah besar. Misalnya dapat kita baca tentang penampakan St Michael di Gargano, Italia.

Pada tahun 492, seekor banteng terpisah dari kawanannya dan bersembunyi di gua dekat puncak gunung Gargano. Para gembalanya kemudian berusaha menangkap banteng itu dengan menembakkan sebuah panah ke dalam gua. Namun panah tersebut secara ajaib kembali dan melukai pemanahnya. Mereka kemudian meminta dewan uskup setempat berdoa dan berpuasa selama 3 hari untuk memahami makna di balik fenomena tersebut.

Pada hari ke-3, St. Michael menampakkan diri kepada uskup dan berkata: “Engkau telah melakukannya dengan baik untuk bertanya kepada Tuhan apa yang tersembunyi dari manusia. Mukjizat mengenai orang yang terkena panahnya sendiri adalah jelas bahwa itu terjadi atas kehendakku. Aku adalah Malaikat Agung Michael dan aku selalu berada di hadirat Tuhan. Gua itu suci bagiku. Dan karena aku telah memutuskan untuk melindungi tempat itu dan penghuninya di bumi, aku ingin membuktikan dengan cara ini bahwa aku hadir di sana dan menjadi pelindung dan penjaga dari segala sesuatu yang terjadi di tempat itu. Dimana batu dilempar terbuka, dosa manusia dapat diampuni. Apa yang diminta di gua itu dalam doa akan dikabulkan. Karena itu pergilah ke gunung dan persembahkan gua itu sebagai tempat peribadahan orang Kristen.”

Uskup ragu-ragu untuk menguduskan gua tersebut karena sulit dijangkau dan terletak di daerah ibadah pagan dari zaman kekaisaran Romawi. Sementara Uskup menunda, Siponto dikepung oleh pasukan pagan dari Napoli dan hampir kalah. Uskup kemudian berdoa selama 3 hari memohon bantuan Allah.

Pada hari ke-3, St Michael kembali menampakkan diri kepada Uskup dan menjanjikan kemenangan penuh. Pertempuran kemudian berlangsung bersamaan dengan gempa bumi dan petir yang membantu mengalahkan musuh Siponto.

Setelah mukjizat kedua ini, Uskup merasa sangat menyesal karena meragukan permintaan St Michael.

Pada tahun 493, Uskup mengatur agar prosesi meriah dibuat sehingga dia akhirnya bisa mengkonsekrasikan gua itu sebagai gereja. Prosesi kemudian dilakukan bersama dengan beberapa Uskup, Imam, dan umat. Mereka yang mengikuti prosesi tersebut melihat seekor elang muncul di atas Uskup dalam prosesi untuk melindungi mereka dari sinar matahari dengan sayap terentang.

Ketika mereka akhirnya tiba di mulut gua, Malaikat Agung muncul lagi dan berkata, “Bukan tugasmu untuk mengkonsekrasi Basilika yang kubangun. Aku yang mendirikannya, Aku sendiri yang mengkonsekrasikannya. Tapi, jika kamu masuk dan pergi ke tempat ini, tempat ini berada di bawah perlindunganku.”

Ketika semua orang masuk ke dalam, mereka tercengang melihat sebuah altar sudah didirikan dengan salib di atasnya. Mereka juga menemukan jejak kaki St Michael yang tertanam di lantai batu. Para Uskup dan Imam kemudian merayakan Misa pertama di Gua St Michael.

Sejak saat itu, gua tersebut dikenal dengan sebutan Basilika Surgawi karena merupakan satu-satunya gereja yang dikonsekrasikan oleh Malaikat.

Sudah sejak lama orang berseru kepada Malaikat Agung St. Michael memohon perlindungannya. Pada tahun 590, suatu wabah hebat menyerang Roma, bahkan Paus saat itu, Paus Pelagius II meninggal akibat wabah tersebut. Penerusnya, Paus St. Gregorius Agung memimpin suatu arak-arakan lukisan Bunda Maria (arak-arakan diiringi litani dan doa-doa) melintasi jalan-jalan sebagai tindak penitensi, silih atas dosa, dan memohon pengampunan. Di makam Hadrian (sekarang Kastil Sant’Angelo dekat Basilika St. Petrus), St. Michael menampakkan diri dan menyarungkan pedangnya sebagai tanda berakhirnya wabah. Seketika beban di udara mereda dan udara itu sendiri menjadi lebih segar dan bersih. Wabah benar-benar berakhir dan umat beriman melontarkan seruan sukacita dan syukur kepada Bunda Allah.

Dalam doa litani St. Michael Malaikat Agung, salah satu gelar St. Michael adalah penyembah sempurna Sang Sabda yang menjelma. Ketika Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus menjelma menjadi Manusia, tugas mulia menjaga Juruselamat selama 33 tahun kehidupanNya di bumi jatuh ke tangan pembela Allah yang bersemangat, St. Michael. Ini adalah keyakinan saleh dari para Teolog terkemuka.

Dikatakan bahwa St. Michael mengungkapkan kepada St. Eutropius, sang pertapa, bahwa dia telah dipilih untuk menjadi malaikat pelindung istimewa Sakramen Mahakudus. Sehingga, tugas St. Michael tidak berhenti saat Yesus naik ke Surga, melainkan tetap berlangsung sampai hari ini, dimana St. Michael tetap menjaga Yesus dalam Ekaristi Mahakudus, Hosti, serta menjaga ribuan tabernakel dan altar yang tersebar di seluruh dunia. St. Michael menyertai Yesus dalam Hosti Kudus dimanapun—di tangan Pastor, di monstrans, di tabernakel, ketika dibawa dalam prosesi, di kunjunganNya kepada orang sakit, dan dimana saja Yesus hadir dalam rupa Roti dan Anggur. Siang dan malam malaikat agung St. Michael terus berjaga dengan setia di depan tabernakel dalam adorasi penuh kasih.

Ketika dalam Misa Kudus, atas kata-kata imam, Kurban Ilahi turun ke atas altar, imam mendaraskan dengan penuh hormat doa ini—yang biasa kita dengar di Doa Syukur Agung Pertama— “Kami mohon kepadaMu, ya Allah yang mahakuasa, utuslah malaikatMu yang kudus mengantar persembahan ini ke altarMu yang luhur, ke hadapan keagungan ilahiMu, agar kami semua yang mengambil bagian dalam perjamuan ini, dengan menyambut Tubuh dan Darah PutraMu, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi.”

Misi yang luar biasa ini telah diberikan kepada Malaikat Agung St. Michael. Paus Santo Leo, dalam mempersembahkan Kurban Kudus Misa, melihat suatu hari, pada saat doa ini, Santo Michael turun ke altar, mengambil Hosti Kudus dan membawaNya ke Surga, dia meletakkanNya di atas altar surgawi di mana Yesus terus-menerus dipersembahkan sebagai Kurban yang murni, Kurban yang suci, Kurban yang tak bernoda, Roti suci kehidupan abadi dan Piala keselamatan kekal… dan setelah beberapa saat Malaikat Agung ini mengembalikanNya ke altar dan berkata kepada Paus Santo Leo: “manifestasi yang saya tampakkan di depan matamu ini, telah saya lakukan setiap hari berkali-kali; Yesus, Tuhanku, mengorbankan diriNya dengan pedang firman yang menyerahkanNya ke tangan para imam pelayanNya”.

Dalam kisah hidup St. Gerardus Majella juga kita temukan bagaimana ia menerima Komuni pertamanya dari Malaikat Agung St Michael. St Gerardus Majella adalah salah satu santo yang hidupnya sangat berpusat pada Ekaristi bahkan sejak masa kecilnya. Ketika usianya baru lima tahun, Gerardus biasa pergi ke sebuah kapel kecil dekat rumahnya untuk berdoa. Seringkali ia pulang dari sana dengan seketul roti. Apabila ibunya bertanya darimana ia mendapatkan roti, ia akan mengatakan bahwa “seorang anak laki-laki yang amat tampan, putra dari wanita cantik, yang bermain denganku” memberikannya kepadanya. Akhirnya, Elizabeth - saudari perempuan Gerardus - diperintahkan untuk mengikutinya diam-diam ke kapel guna mencari tahu. Saudarinya itu mengintip ke dalam kapel dan melihat Gerardus berlutut dalam doa di hadapan patung Santa Perawan Maria yang menggendong Kanak-kanak Yesus. Lalu, Elizabeth melihat sesuatu yang ajaib. Kanak-kanak Yesus turun dari dekapan BundaNya untuk bermain-main dengan Gerardus kecil. Setelah beberapa waktu berselang, Kanak-kanak Yesus memberikan seketul roti kepada Gerardus dan kembali ke pelukan BundaNya!

Dalam perayaan Misa, Gerardus juga seringkali melihat Kanak-kanak Yesus yang sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus. Ia dapat melihat Yesus setelah konsekrasi hingga Komuni Kudus berakhir.

Gerardus kecil yang kala itu berusia 7 tahun begitu rindu menyambut Yesus dalam Komuni Kudus, karenanya ia ikut dalam barisan mereka yang hendak menyambut Komuni. Pada masa itu, anak-anak tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus hingga mereka berusia 14 tahun. Tetapi, Gerardus beranggapan bahwa karena Yesus sangat mengasihinya dan ia juga sangat mengasihi Yesus, pastilah boleh ia menyambut-Nya. Imam tahu bahwa Gerardus belum cukup umur untuk menyambut Yesus, jadi ia tidak memberinya Komuni Kudus dan Gerardus kecil harus kembali ke bangkunya dengan berlinangan airmata. Sepanjang hari itu, Gerardus terus menangis karena tidak diperbolehkan menyambut Yesus. Pukul setengah enam malam itu, setelah ibunya meninggalkannya di tempat tidur dan turun ke bawah, Gerardus mulai sekali lagi menangis. Kemudian, hal yang menakjubkan terjadi. Ia dapat melihat langit dari tempat pembaringannya, dan dia seperti melihat ke Surga, rumah Yesus. Ia berbaring menatap dan berdoa untuk rahmat besar yang ia rindukan, kemudian ia melihat surga terbuka, dan Malaikat Agung St. Michael datang terbang ke arahnya, membawa Hosti Kudus di tangannya. Dalam sekejap Gerardus berlutut dan St Michael menempatkan Yesus di lidah anak bahagia itu. Demikianlah, dari tangan Malaikat Agung sendiri, Gerardus menerima Komuni pertamanya.

St Michael juga pernah menampakkan diri kepada suster Antonia d’Astonac. St Michael memberitahu suster Antonia untuk menghormatinya dengan 9 salam kepada 9 paduan suara Malaikat. St Michael berjanji bahwa siapapun yang mempraktekkan devosi ini untuk menghormatinya akan memiliki, ketika mendekati Komuni Kudus, pengawalan 9 malaikat yang dipilih dari masing-masing 9 paduan suara. Selain itu, bagi mereka yang mendaraskan kaplet tersebut setiap hari, ia menjanjikan bantuan terus-menerus dari semua malaikat kudus selama hidupnya. Pendarasan kaplet tersebut juga dipercaya secara bertahap dapat mengalahkan setan dan memberikan hati yang murni sehingga dapat “melangkahi” api penyucian. Berkat-berkat ini juga berdampak pada keluarga dekat.

Selain St Gerardus Majella, sebenarnya ada juga beberapa santo-santa lain yang menerima Komuni Kudus dari malaikat atau bahkan dari Tuhan Sendiri, seperti St. Katarina dari Siena, St. Paskalis Baylon, St. Bonaventura, dll. Dari beberapa kejadian juga kita ketahui bahwa malaikat mengambil Hosti Kudus dari Tabernakel di dunia karena memang malaikat tidak dapat / tidak mempunyai kuasa untuk mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus; sebab konsekrasi Ekaristi adalah kuasa yang hanya dimiliki oleh para Imam.

Oleh karenanya, St Fransiskus dari Assisi biasa mengatakan “Andai aku melihat seorang malaikat dan seorang imam, aku akan terlebih dahulu berlutut di hadapan imam dan baru kemudian di hadapan malaikat.”

Malaikat Agung St Michael juga biasa diidentifikasi sebagai Malaikat yang menampakkan diri kepada 3 anak di Fatima sebelum penampakan Bunda Maria di Fatima. Malaikat itu menampakkan diri 3x kepada mereka untuk mempersiapkan mereka akan kedatangan Sang Ratu Surga dan pesan yang akan disampaikan Bunda kita. Pada penampakan terakhir Malaikat kepada 3 anak di Fatima, Malaikat tersebut muncul dengan memegang sebuah Piala di tangan kirinya dengan Hosti mengambang di atasnya dari mana beberapa tetesan darah jatuh ke dalam piala itu. Meninggalkan Piala dan Hosti melayang di udara, Malaikat itu berlutut di samping ketiga anak tersebut dan membuat mereka mengulangi tiga kali:

“Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, aku memuja-Mu dengan sangat, dan aku mempersembahkan kepadaMu Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keallahan Yesus Kristus yang paling berharga, hadir dalam semua tabernakel di dunia, sebagai silih untuk kekejaman, sakrilegi dan pengabaian yang dengannya Dia dihina. Dan, melalui jasa-jasa tak terhingga dari Hati-Nya yang Mahakudus, dan Hati Maria yang Tak Bernoda, aku memohon kepada-Mu pertobatan para pendosa yang malang.”

Kemudian, Malaikat tersebut bangkit, mengambil Piala dan Hosti di tangannya. Dia memberikan Hosti Kudus kepada Lucia, dan membagikan Darah dari piala kepada Yasinta dan Fransisko, seraya berkata: “Terimalah dan minumlah Tubuh dan Darah Yesus Kristus, dihina dengan mengerikan oleh orang-orang yang tidak tahu berterima kasih! Buatlah silih atas kejahatan mereka dan hiburlah Tuhanmu.”

Dalam penampakan-penampakan sebelumnya juga, Malaikat tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Malaikat Perdamaian dan Malaikat Pelindung Portugal. Dalam sejarah, memang Portugal dikonsekrasikan ke bawah perlindungan Malaikat Agung St Michael. Malaikat Perdamaian adalah salah satu gelar St Michael dalam doa Litani St Michael. Penampakan ketiga ini semakin mendukung keyakinan beberapa orang bahwa Malaikat itu tak lain dan tak bukan adalah Malaikat Agung St Michael, pelindung Sakramen Mahakudus. Walaupun, ada juga orang yang tidak meyakini hal tersebut mengingat St Michael selalu memperkenalkan namanya dalam penampakan-penampakan lain, seperti yang dilakukannya pada St. Joan dari Arc.


Hal pertama yang harus kita tiru dari para Malaikat yaitu kesadaran mereka akan kehadiran Tuhan. - St. Yohanes Maria Vianney